Pages

Jumat, 30 Maret 2012


Caraku Mencintaimu…


caraku mencintaimu
Malam ini begitu dingin, tidak seperti biasanya. Masjid juga sudah mulai sepi dan hanya ramai oleh nyanyian suara jangkrik dan dengkuran anak-anak anak yang menyempatkan diri tidur di masjid. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 WIB dini hari.Seorang anak muda terbangun. Bukan, bukan terbangun, namun sejak temannya tidur dia tidak bisa memejamkan mata. Dengan langkah gontai anak muda itu pergi ke sumur, mengambil air dan mengusapkan ke wajahnya. Setidaknya, wajah kusamnya lebih segar tersiram air pegunungan. Seteguk air diminumnya, dingin namun setidaknya mampu mendinginkan bara-bara api di dadanya. Setelah memandang langit yang penuh dengan titik-titik bintang, anak muda itu mulai mengambil wudhu dan kembali masuk ke dalam masjid. 1 roka’at, 2 roka’at, 3 roka’at hingga roka’at terakhir dengan khusyuk dilaluinya. Hatinya masih bimbang, sudah satu bulan setiap malam hatinya gelisah bahkan kekhusyukan solatnya hanya mampu menghilangkan sementara kegundahan hatinya. Malam itu seperti malam sebelumnya dia berdoa di pojok masjid dan mengadukan semua isi hatinya kepada Sang Khalik. Dia menghela nafas. “ Ya Allah, malam ini hamba menghadapMu di sepertiga malam yang akhir.”
“Hamba ingin Engkau tau Ya Allah, betapa hamba tersiksa dengan perasaan ini.”
“Hamba mencintai gadis itu ya Allah, namun hamba mencintaiMu jauh di atas segalanya.”
“Hamba tidak pernah berbicara mengenai cinta karena hamba tau hal itu akan membuat perasaan kami bercampur dan membuat kami lupa akan Esanya Engkau.”
“Hamba hanya bisa menatapnya, itulah dosa yang Hamba lakukan.”
“Hamba tidak pernah menyentuh gadis itu karena hamba tau itu adalah salah satu hal yang engkau murkai.”
“Hamba tidak pernah berharap meninggikan gadis itu diatas kedudukanMu.”
“Hamba tidak ingin gadis itu selalu ada dalam pikiranku sehingga hamba dapat melupakanMu.”
“Hamba tidak pernah menyatakan perasaan ini karena hamba tau hal ini dapat membuat hamba lupa akan diriMu.”

“Karena hamba tidak ingin hamba menjadi salah satu penyebab turunnya siksaMu pada gadis itu di alam kubur.”
“Karena hamba tidak ingin hamba menjadi salah satu penyebab gadis itu masuk nerakaMu Ya Allah.
Karena hamba sadar, bahwa nafsu hamba masih terlampau besar untuk dikendalikan.”

“Oleh karena itu hamba hanya bisa berdoa, dia lah yang menggenapi tulang rusuk hamba.”
“Oleh karena itu, hamba hanya bisa berdoa kepada Engkau bahwa suatu ketika dia lah yang akan mendampingi hamba merengkuh surgaMu yang abadi dan bukan hanya kesenangan sesaat di dunia.”

“Namun, sampai saat ini hamba tidak mengerti, bagaimana hamba bisa mendekatinya dan mengutarakan semua ini.”
“Karena rasa takut hamba kepada Engkau jauh lebih besar daripada rasa cintaku kepada dia.”
Sebuah nama dia sebutkan dalam doanya.

Setetes air mata mengalir di kedua pipi anak muda tersebut. Doa yang sama yang dia panjatkan setiap hari. Doa yang tidak pernah lelah dia utarakan dalam setiap malamnya. Doa terakhir yang dia panjatkan di lingkungan dimana dia telah mengenal gadis itu. Gadis yang telah dia kenal dan pahami dengan sangat baik. Gadis yang telah cukup banyak memberikan isi dalam kekosongan hatinya tanpa gadis itupun sadari. Gadis yang telah menumbuhkan benih-benih cinta di hatinya dalam waktu yang singkat tanpa mereka berdua sadari. Dan saat ini anak muda itu terjebak pada zona yang memiliki batas setipis benang antara dosa dan pahala.
Dia diam sejenak, tugasnya di sini sudah selesai. Dia akan berangkat menuju kota kelahirannya setelah 1 tahun melakukan tugasnya di sini. Program 1 tahun yang mengenalkannya akan gadis itu, 1 tahun yang mereka lalui bersama dalam suatu program dari badan non pemerintah.

0 komentar:

Posting Komentar